Sabtu, 27 Februari 2016

Jika Takdir Berkata Lain (sekuel Karena Cinta Itu Buta)

“Shilla, ortu kita nggak setuju dengan hubungan kita.” “Kamu bohong kan Kka? Ortu kamu terlihat biasa-biasa saja saat tahu hubungan kita tapi kenapa sekarang jadi kayak gini sih Kka? Tadi kamu bilang orang tua kita kan? Bukannya ortu aku nggak tahu kalau kita pacaran?”
“Sayang, orang tua aku udah tahu kalau kita beda keyakinan. Dan orang tua kamu, hmm, mereka mengetahuinya melalui orang tuaku. Jadi…”
“Cakka, jangan bilang kamu tidak ingin mempertahankan hubungan kita”
----
Setelah kejadian itu aku tidak pernah berkomunikasi dengan Cakka lagi. Dia juga terkesan menghindar dariku. Dan sekarang aku sudah mendapatkan pengganti Cakka, namanya Alvin. Jujur Alvin tidak sama seperti Cakka, Alvin sangat cuek. Dia sering membuatku makan hati. Aku rindu Cakka.
---
Hari ini adalah ulang tahunku dan ulang tahun Alvin. Ya kita berdua lahir pada hari yang sama tetapi berbeda waktu. Dan hari ini aku akan menjemput Alvin. Sambil menunggu waktu menunjukkan pukul 12 aku memutuskan untuk bermain ponsel. Aku membaca kembali pesan masuk dari Alvin kemarin, tiba-tiba saja ada panggilan masuk dari Cakka. Terkejut. Yah itulah reaksiku melihat nama yang tertera di layar ponselku. Ada sedikit keraguan untuk mengangkat telepon dari Cakka. Tapi akhirnya aku memilih untuk menjawab telepon dari Cakka.
“Iya halo… Ada apa Kka?... Kenapa sih kayaknya kamu takut banget ngasi tau ke aku?... Iya aku nggak bakal nangis, ada apa sih?... APA? Kamu nggak bohong kan Kka?... Nggak, nggak mungkin. Nggak mungkin. Please jangan bohongin aku!... Stop Kka! Alvin nggak mungkin meninggal! Pesawatnya nggak mungkin jatuh… Cakka! aku nggak mau kehilangan orang yang aku sayang untuk ke dua kalinya… Terserah kamu bilang apa, yang jelas nanti jam 12 aku mau jemput Alvin ke bandara. Aku mau buktiin ke kamu Alvin masih hidup… Oke aku tunggu kamu jam 11 dirumahku. Kita langsung berangkat. Jika kamu telat aku akan berangkat sendiri.” setelah menerima telepon dari Cakka air mataku tak henti-hentinya mengalir, Alvin masih hidup! Ya Alvin tak mungkin meninggal karena dia sudah berjanji akan merayakan ulang tahun kami bersama-sama. Cakka pasti membohongiku. Ya Cakka bohong. Bohong.
---
“Masih ingat saat 6 bulan yang lalu kamu memutuskan hubungan kita?”
“Jangan bahas itu lagi” sepertinya Cakka menghindar dari masa lalu.
“Kamu tahu? Seminggu aku gak nafsu makan sampai…”
“STOP Shill! Berhenti buat aku merasa bersalah. Ya aku tahu, aku tahu. Setelah itu kamu nggak makan selama seminggu, kalaupun makan paling hanya sesuap atau tiga suap saat akan minum obat. Kamu jatuh sakit kan shill? Sampai-sampai kamu dirawat inap selama hampir 1 bulan di rumah sakit. Kamu pikir aku nggak tahu? Aku bahkan setiap hari menjengukmu.” Jelas Cakka panjang lebar.
“Kamu bohong kan Kka? Aku nggak pernah lihat kamu kok”
“Karena aku selalu datang saat semua yang menunggumu termasuk kamu sudah terlelap. Aku tahu kok kamu kenal sama Alvin di rumah sakit kan? Saat kamu berjalan-jalan di taman Alvin nggak sengaja mendorongmu, sehingga kamu terjatuh. Dan dia mengantarmu kembali ke kamar, dan semenjak itu kamu mulai dekat dengannya. Benarkan?” Cakka mengetahui semuanya? Aku sungguh tak percaya.
“Cakka. kamu…”
-----
“Cakka! Tunggu!” Ucapku akhirnya
“Jujur aku juga masih menyayangimu. Tapi rasa itu tak seutuh yang dulu. 30% dari hatiku sudah direbut Alvin. Dan 70% lagi masih menjadi milikmu.” Ups! Aku terlalu jujur sepertinya. Cakka berbalik dan berjalan mendekatiku.
“Are you sure, Shill?”
“Yes, I’m. I really Love You, Cakka!” Ucapku lantang. Yeah akhirnya aku baru menyadari bahwa Cakka-lah pilihan hatiku. Aku mencintainya. Bukan Alvin. Alvin, terima kasih kamu sudah pernah masuk kedalam hatiku dan mengisi sedikit hatiku. Tapi ternyata disini masih ada Cakka. Jadi maaf, aku lebih memilih Cakka daripada kamu.
“I Love You too. Ashilla.” Balas Cakka seraya membawaku kedalam dekapannya.
“Jadi kita balikan nih?” Tanyaku ke Cakka.
“Woyya dong” jawabnya dengan mengedipkan sebelah matanya. haha, dasar Cakka.
“trus orang tua kita?” ya perasaan takut itu kembali menghantuiku. Takut jikalau nanti orang tua kami kembali berusaha memisahkan kami.
“Apa pun yang terjadi kita akan selalu bersama. Aku berjanji. Masalah orang tua, kita hadapi bersama dengan kekuatan cinta sejati yang kita miliki. Aku yakin cinta akan mengalahkan segalanya. Karena cinta kita tulus tanpa paksaan” Cakka berubah menjadi dewasa. Aku suka kata-katanya tadi. Karena cinta kita tulus. Yah dia benar cintaku kepadanya tulus, sangat tulus dan begitu juga sebaliknya. Jadi apa yang harus kami takutkan? Aku dan Cakka akan berjuang bersama-sama demi menjaga hubungan kita.
“Aku pegang janjimu, Cakka” Cakka hanya membalas dengan senyuman dan kembali merangkulku.
***
                Setelah kejadian setahun yang lalu. Cakka dan Shilla semakin terlihat harmonis. Orang tua mereka masing-masing –entah karena apa—sudah mulai bisa menerima hubungan mereka.
Dan hari ini adalah hari peringatan 1 tahun hubungan mereka. Hmm jika dulu mereka tidak sempat putus mungkin sekarang hubungan mereka menuju tahun ke-4. Tapi apadaya semua telah terjadi. Sekarang waktunya menjalani hari dengan sebaik mungkin.
***
Sepulang sekolah, Cakka tiba-tiba mengajak Shilla ke sebuah kebun Lavender.
“Waaah indah banget. Kamu kok gapernah ngajak aku kesini sih? Kan kita udah kenal lama banget.  Jahat!” Rajuk shilla sambil memukul manja pergelangan Cakka.
“Aku juga baru nemu tempat ini minggu kemarin. Yang waktu aku bilang aku dipaksa mama buat nemenin dia ke nikahan anak temennya itu loh. Duduk dibawah pohon itu yuk.” Ajak Cakka sambil menggandeng tangan Shilla
“Oh jadi anak temen mamamu itu nikah disini?” Tanya Shilla sesudah mereka duduk ditempat yang dimaksud Cakka tadi.
“Ya bukan. Sebenernya waktu itu aku bohong. Aku bukan nemenin mama. Tapi aku survei tempat untuk aku jadikan tempat merayakan peringatan 1 tahun hubungan kita. Ya ketemulah tempat ini” ucap Cakka sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“So sweet. Udah berani bohong ya?” tanya Shilla galak seraya berdiri untuk menjauhi Cakka.
“Eh aku gak maksud bohong kok. Swear deh! Ini kan termasuk usaha beb. Aku ngelakuin ini karena aku sayang sama kamu” ucap Cakka sambil menarik tangan Shilla.
Shilla yang tidak siap dengan perlakuan Cakka menjadi tidak seimbang dan jatuh menimpa Cakka. Saat terjatuh mata mereka beradu. Cakka memeluk leher gadisnya itu dan berusaha menghapus jarak diantara mereka. Perlahan tapi pasti Cakka berhasil menyatukan bibirnya dengan bibir Shilla. Shilla yang biasanya menolak jika Cakka ingin mencium bibirnya sekarang seakan terhipnotis mata elang Cakka yang menenangkan hatinya.
***
“Maaf.” Ucap Cakka sambil mengelus rambut gadis yang sekarang wajahnya terbenam di dada Cakka. Gadis itu tidak menjawab, melainkan merasakan detak jantung sang kekasih yang terasa sangat cepat.
“Anggap aja tadi itu hadiah anniv kita. Oke?” Kata Cakka sambil mengarahkan tubuh gadisnya untuk tidur disebelahnya.
                Shilla hanya tersenyum. Dan beberapa detik kemudian mencium pipi Cakka.
                “Pulang yuk.” Ucap Shilla seraya bangun dari tidurnya dan kemudian berlari ke mobil Cakka terlebih dahulu.
                Cakka hanya tersenyum memandangi punggung Shilla sebelum berlari menyusul gadis itu.
***
                Semenjak kejadian beberapa minggu yang lalu Cakka tiba-tiba menghilang. Sama sekali tidak bisa dihubungi. Shilla sempat mencari kerumah Cakka. Tetapi nihil. Kediaman yang biasanya ramai itu terlihat begitu sepi. Dan itu sudah menandakan bahwa tidak seorangpun ada didalam sana.
                ‘drrt’ ‘drrt’  ‘drrt’
                Geratan handphone di genggamnyanya membuat Shilla tersadar dari lamunannya. Ia segera mengecheck handphone-nya. Shilla sedikit terlonjak melihat nama yang tertera di layar handphone-nya. Tak perlu menunggu waktu lama, Shilla segera menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan tersebut.
                “CAKKA! Kamu kemana aja sih? Menghilang selama 1 minggu?”
                “……”
                “Kok malah ngatain aku cerewet?”
                “….”
                “hei kok malah diam?”
                “Ya karena kamu emang cerewet” suara seseorang mengagetkan Shilla. Dan suara itu adalah suara seseorang yang beberapa hari ini sangat dirindukannya. Ia segera berbalik dan benar saja Cakka telah berdiri dengan senyum manis yang bisa membuat histeris siapa pun yang melihatnya. Dan Shilla merasa sangat beruntung bisa memiliki senyuman itu.
                “Kamu kemana aja sih? Tau kangen gak? Jahat banget ngilang, gak pernah ngabarin lagi.” Ceroscos Shilla.
                “Aku ada urusan …” kata Cakka santai
                “Urusan apa?” tanya Shilla penasaran.
                Cakka terdiam sesaat.
                “Aku harus bantuin papa aku”
                “Bantuin apa? Kenapa kamu sampe seminggu gak sekolah dan gak ngasih kabar sama sekali?”
                Cakka hanya memandangi Shilla.
“Sayang, aku mohon kamu jangan banyak tanya” kata Cakka merasa disudutkan.
“Kka, aku gak ngerti sama kamu. Alasanmu itu aneh banget.”
“Shill, kamu harus tau. Aku itu bukan Tuhan yang bisa melakukan semua hal. Aku Cuma manusia biasa. Gak semua hal bisa aku lakuin dan gak semua hal bisa aku ceritain ke orang lain.” Kata Cakka akhirnya
“tapi kan aku pacar kamu. Ada masalah apa sebenarnya? Kenapa kamu gak bisa terbuka sama aku sekarang? Kamu beda dari biasanya”
“Gak ada masalah yang harus aku kasi tau ke kamu, biarin urusan aku yang satu ini jadi urusanku sendiri karena ….”
“karena?”
“karena gak selamanya aku bisa disamping kamu”
“maksud kamu apa? Jangan bilang orang tua kamu nentang hubungan kita lagi.”
“ini sama sekali gak ada hubungannya dengan masalah yang dulu. Sama sekali gak ada”
Cakka ngeloyor pergi meninggalkan Shilla.
Shilla berlari mengejar Cakka.
 “Kka, aku pacar kamu … aku punya hak untuk tau ada apa dengan kamu .. please kasi tau aku .. aku sayang sama kamu. Kalo ada masalah biarin aku bantu nyelesain” kata Shilla khawatir
“Nggak ada apa-apa, Shill” kata Cakka menggelengkan kepala.
“Bohong!” teriak Shilla.
Cakka terdiam.
“Aku gak kenapa-napa kok.” Kata Cakka menunduk
“Jangan bohongin aku lagi. Aku mohon kamu terus terang sama aku. Perasaan aku bilang kalo kamu punya masalah yang rumit. Biarin aku tau …” kata Shilla sedih.
Setelah menghela nafas panjang, Cakka membuat pengakuan yang mengejutkan.
“Aku sakit … tapi gak tau nama penyakitnya. Yang aku tau penyakit ini berbahaya dan bisa merenggut nyawaku kapanpun.”
Shilla sangat kaget. Bagaimana bisa. Hampir 5 tahun ia mengenal sosok dihadapannya ini tapi sama sekali dia tidak tahu bahwa pemuda tampan ini sakit.
“kenapa kamu gak pernah cerita sama aku?” tanya Shilla syok
“aku sebenarnya gak mau orang lain tau tentang penyakit ini selain keluargaku. Sejak kecil aku udah tau umurku gak bakalan panjang. Dokter yang meriksa aku udah memvonis aku gak bakalan sembuh. Mereka bilang penyakitku ini belum ada obatnya …” jelas Cakka
“Cari dokter lain yang lebih pintar.” Saran Shilla
“gak perlu lagi. Aku udah capek periksa kedokter di luar negeri ataupun dalam negeri, tapi semua nihil. Karena itu sekarang aku mau bilang sama kamu, aku hanya sementara di dunia ini dan aku bisa ninggalin kamu kapanpun”
“Jangan tinggalin aku …” mohon Shilla
“Aku juga gak mau ninggalin kamu, jika takdir berkata lain, aku gak bisa apa-apa. Aku memang harus nerima kenyataan pahit ini. Ketika kita lagi ngobrol berdua kayak sekarang pun, aku bisa meninggal. Gak ada tanda-tanda khusus gimama penyakit ini berkembang parah … dokter Cuma pernah bilang saat dimana aku merasa sangat ingin memejamkan mata terus-menerus dan merasa sekelilingku begitu sunyi, walaupun sebenernya ramai adalah saat terakhir dimana aku bisa melihat isi dunia ini.”
“Kalo gitu kamu jangan pernah memejamkan mata. Kamu juga harus selalu membuka kuping lebar-lebar untuk mendengar kebisingan dunia ini …” mohon Shilla
“Percuma sayang, ini takdir yang harus aku lewati”
Shilla gak bisa menahan tangisnya dan memeluk Cakka.
“Babe, aku gak mau kita berpisah secepat itu…”
“Selama ini aku selalu berusaha memberikan yang terbaik yang aku bisa … walaupun singkat”
“SHUT UP! Please, semua kisah yang kamu berikan selama 5 tahun ini gak akan pernah bisa aku lupain. Baik itu kisah manis atau pahit. Semua masih terekam jelas di memori otak aku.” Ucap Shilla sambil menangis.
“Jangan nangis.  Aku gak mau lihat airmata ini lagi. Kalo emang kehadiranku sekarang hanya buat kamu nangis aku akan pergi”
“kamu gila! Kamu pergi sama aja kamu bunuh aku secara perlahan. Please jangan pernah tinggalin aku…”
“aku punya permohonan kecil. Aku Cuma mau liat senyum kamu hari ini, besok atau sampai kapanpun.. bahkan sampai aku udah berada di tempat lain yang jauh dari kamu..”
“senyum untuk menyambut kematianmu? Rasanya aku gak bisa. Tapi kenapa kamu masih berusaha selalu tersenyum didepanku? Aku tau sebenernya didalam hatimu pasti sakit menahan semua beban ini”
“aku selalu tersenyum karena aku udah siap dengan kematian yang akan datang kapan saja. Jadi please kamu juga harus selalu tersenyum, dan tetap tersenyum walaupun nanti aku udah gak ada di samping kamu, dan aku mohon kamu tetap menjalani kehidupanmu seperti sebelum kamu ketemu aku. Karena walaupun aku udah gak ada disamping kamu, tapi aku akan selalu berada didalam hatimu.”
“heuuh, oke aku akan ngabulin perrmohonanmu.”
Setelah mendengar Shilla mengiyakan permohonannya, ia lantas memeluk Shilla erat dan mencium pipi gadis itu. Entah mengapa ia merasa ini adalah pelukan dan ciuman yang terakhir yang bisa ia berikan pada gadisnya.
“I Love You So Much, my princess Ashilla”
“I Love You too, my prince Cakka”.
Setelah mendengar pernyataan gadisnya itu, Cakka lalu berjalan menuju mobilnya untuk pulang kerumah.
Tetapi ketika hampir mendekati mobilnya, Cakka mulai merasa kepalanya tiba-tiba pusing dan kantuk yang teramat sangat. Hal itu membuat langkah Cakka menjadi tidak seimbang. Shilla yang melihat Cakka seperti itu lalu segera berlari menghampiri Cakka sambil berteriak memanggil nama sang kekasih.
Cakka tidak menyadari kalau Shilla berteriak-teriak memanggil namanya. Cakka berjalan dengan mata yang sudah setengah terpejam. Cakka merasa semakin mengantuk. Dan tiba-tiba Cakka terhuyung dan hampir jatuh ke tanah.
Shilla yang memang sudah berada dibelakang Cakka, segera menangkap pria itu.
“Kka, kenapa secepat ini? Kenapa? Setelah perjuangan kita selama ini yang sampai tidak memikirkan perbedaan agama dan berani menentang orang tua kita. Kenapa kita harus berpisah dengan cara seperti ini? Apa ini hukuman Tuhan untuk kita?”
“Ya Tuhaaan! Jika boleh memilih saya lebih baik melihat Cakka dari jauh daripada gak bisa melihatnya untuk selama-lamanya Tuhaan!”
Shilla terjatuh dengan kepala Cakka dipangkuannya. Ia menangis, menangis akan takdir yang terlihat seperti sengaja memisahkan mereka untuk kedua kalinya.
Tiba-tiba hujan turun seakan ikut merasakan kesedihan gadis manis ini. Merasakan betapa sakitnya hati gadis ini.
“Gak! Aku gak boleh nangis. Aku udah janji sama Cakka.” Ucap Shilla menepis airmatanya kasar. Dan kemudian mencoba untuk tersenyum.
“Rest In Peace my prince. I’ll always love you. Walaupun nanti aku akan menikah dengan orang lain, tetapi kamu dan semua kenangan kita akan selalu aku simpan di bagian spesial dihati aku.” Ucap Shilla lagi.
Shilla kemudian mencium kening dan memeluk erat tubuh sang kekasih. Merasa sudah lebih baik. Shilla segera mencoba mencari bantuan untuk menggendong Cakka kedalam mobil Cakka dan segera membawanya kerumah sakit. Tak lupa Shilla juga menelepon orang tua Cakka, yang sepertinya tidak terlalu kaget mendengar pernyataan Shilla. ‘mungkin mereka sudah tau dari awal hari ini akan terjadi seperti ini’ pikir Shilla dalam hati.
***
Sekeras apapun kita mempertahankan cinta yang kita miliki walaupun itu sampai melanggar aturan dari orang tua kita, bahkan sampai nekat menembus benteng yang begitu tinggi. Jika takdir sudah membawa kematian untuk pasangan kita, tak ada satupun yang dapat kita lakukan. Tak ada satupun. Selain pasrah dan ikhlas.
--END--
*Karya: Dewa Ayu Dian Regina Permata
*Selesai pada tanggal 20 November 2012, pukul 19.00 WITA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar